Selasa, 22 Maret 2011

FIKSI | 09 March 2011 | 17:24 61 1 1 dari 1 Kompasianer menilai menarik

Malam masih merengkuh kelam saat kudengar teriakan yang begitu memiriskan hati setiap insan yang masih menggenggam nurani. sehelai sayap patah tumpah menghempas tanah basah sehabis hujan yang juga baru saja menuai reda. anakku terbangun sambil mengusap pipinya yang tadi pagi dicubit bu gurunya karena lupa merapikan mainan yang dilempar-lemparkan ke dinding sambil tertawa sambil tertawa menang katanya dia sudah dapat mengalahkan malaikat yang bersimpuh di depan iblis paling kejam. sementara istriku tak berkutik sedikitpun karena mungkin sedang mimpi belanja di mall paling indah di jakarta. aku pun mencoba menjelaskan apa yang terjadi di luar jendela agar anakku bisa memahaminya tanpa harus bersungguh-sungguh membenci malaikat yang katanya sering berselingkuh itu. tak sadar sayap malaikat pun menyilap dalam gelap yang tak mungkin segera dapat dibuai oleh ibu yang paling kasih sekali pun.

0 komentar:

Posting Komentar